Peternak, khususnya peternak sapi, mungkin sangat mengharapkan ternaknya bunting. Berbagai usahapun dilakukan, mulai dari mengawinkan secara alamiah hingga mendatangkan mantri hewan ataupun dokter hewan untuk kawin suntik atau inseminasi buatan (IB).
Tapi apa jadinya jika kebuntingan tidak terjadi, meskipun telah nampak perut membesar dan tidak birahi. Pembesaran perut dan tidak terjadinya birahi dalam waktu yang cukup lama bukan berarti sapi sedang bunting. Karena ada juga penyakit yang tanda klinisnya mengarah pada kebuntingan, yaitu pyometra. Apa sebenarnya pyometra?
Pyometra berasal dari dua kata, yaitu pyo yang artinya nanah dan metra yang artinya uterus. Pyometra merupakan penyakit dimana terjadi penimbunan nanah pada uterus akibat terjadinya endometritis kronis. Untuk memastikan apakah sapi tersebut bunting atau mengalami pyometra, sebaiknya dilakukan pengamatan fisik dan pemeriksaan, tepatnya eksplorasi rektal.
Pada pemeriksaan fisik, sapi yang mengalami pyometra akan menunjukkan pembesaran perut yang simetris. Hal ini terjadi karena nanah yang tertimbun dalam uterus akan mengisi kedua kornu. Badan kelihatan kurus dengan bulu yang kusam. Pada saat sapi berbaring, akan keluar kotoran berupa nanah dari lubang vagina. Sebaliknya yang terjadi pada sapi yang bunting. Pembesaran perut mengarah ke kanan, karena di sebelah kiri terdapat rumen, sehingga pertumbuhan fetus akan ke kanan. Badan kelihatan gemuk dengan bulu yang mengkilat. Selain itu, tidak ada kotoran yang keluar dari lubang vagina.
Hasil eksplorasi rektal menunjukkan bahwa penyebab pembesaran perut yang simetris pada pyometra adalah karena nanah mengisi kedua kornu uterus. Mukosa uterus terasa lebih tebal dari normal, dan jika uterus ditekan akan berfluktuasi karena ada tekanan balik dari cairan dalam uterus. Tidak ditemukannya karunkula, arteri uterina mediana tidak teraba dan tidak ditemukannya fetus dalam uterus.
Beda halnya jika sapi tersebut bunting, melalui eksplorasi rektal akan ditemukan fetus yang hanya tumbuh pada salah satu koruna, dan koruna lainnya tetap kecil. Dinding uterus menipis, mengikuti pertumbuhan fetus. Arteri uterina mediana teraba dan karunkulapun teraba pada dinding uterus.
Sumber: Achoiro Wati Rasid (www.vet-indo.com)