Permasalahan Kependudukan

Pertumbuhan penduduk di dunia yang semakin tidak terkendali memunculkan beberapa pendapat yang mengemukakan mengenai teori-teori kependudukan. Diantaranya tokoh yang paling terkenal yang mengemukakan persepsinya mengenai pertumbuhan penduduk di dunia adalah Thomas Robert Malthus. Ia mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Akibatnya pada suatu saat akan terjadi perbedaan yang besar antara penduduk dan kebutuhan hidup. Dalil yang dikemukakan Malthus yaitu bahwa jumlah penduduk cenderung untuk meningkat secara geometris (deret ukur), sedangkan kebutuhan hidup riil dapat meningkat secara aritmatik (deret hitung).

Pertumbuhan penduduk secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pertumbuhan alami, pertumbuhan migrasi, dan pertumbuhan penduduk total.

a. Pertumbuhan Penduduk Alami
Pertumbuhan penduduk alami adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh lahiran dan kematian. Pertumbuhan alami dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Pa = L - M
dimana;
Pa = Pertumbuhan penduduk alami
L = Jumlah kelahiran
M = Jumah kematian

Kriteria yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya angka kelahiran dan kematian adalah sebagai berikut.
a) Penggolongan angka kelahiran:
  • angka kelahiran rendah, jika angka kelahiran kurang dari 30;
  • angka kelahiran sedang, jika angka kelahiran antara 30-40;
  • angka kelahiran tinggi, jika angka kelahiran lebih dari 40.
b) Penggolongan angka kematian:
  • angka kematian rendah, jika angka kematian kurang dari 10;
  • angka kematian sedang, jika angka kematian antara 10-20;
  • angka kematian tinggi, jika angka kematian lebih dari 20.
b. Pertumbuhan Penduduk Migrasi
Pertumbuhan penduduk migrasi adalah pertumbuhan penduduk yang diperoleh dari selisih migrasi masuk dan migrasi keluar. Pertumbuhan penduduk migrasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus;
Pm = I - E
dimana;
Pm = Pertumbuhan penduduk imigrasi
I = Jumlah Imigrasi
E = Jumah Emigrasi

Jumlah imigrasi yang melebihi jumlah emigrasi akan menambah jumlah penduduk di negara yang bersangkutan. Sebaliknya, jika emigrasi lebih besar dari imigrasi, jumlah penduduknya akan mengalami penurunan.

c . Pertumbuhan Penduduk Total
Pertumbuhan penduduk total adalah pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Pertumbuhan penduduk migrasi dapat dihitung dengan rumus;
P = (L-M) + (I-E)
dimana;
P = Pertumbuhan penduduk total
L = Jumlah kelahiran
M = Jumah kematian
I = Jumlah Imigrasi
E = Jumlah Emigran

Masalah Kependudukan Dan Upaya Penanggulangannya
A. Angka Kelahiran Dan Kematian
Tingkat kelahiran (fertilitas) adalah tingkat pertambahan jumlah anak atau tingkat kelahiran bayi pada suatu periode tertentu. Tingkat kelahiran bayi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu: 

a)    Angka kelahiran kasar (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar yaitu angka yang menunjukkan banyaknya Kelahiran bayi setiap 1.000 penduduk. Angka Kelahiran Kasar atau CBR dapat dihitung dengan rumus;
CBR = L/P x 1000
dimana;
CBR = Crude Birth Rate (Angka Kelahiran Kasar)
L  = Jumlah kelahiran selama 1 tahun
P = Jumah penduduk pada pertengahan tahun
1000 = Konstanta

Kriteria angka kelahiran kasar (CBR) di bedakan menjadi tiga macam.
  • CBR kurang dari 20, termasuk kriteria rendah
  • CBR antara 20 – 30, termasuk kriteria sedang, dan 
  • CBR lebih dari 30, termasuk kriteria tinggi
b)    Angka kelahiran umum (General Fertility Rate/GFR)
Angka kelahiran umum yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran setiap 1.000 wanita yang berusia 15 – 49 tahun dalam satu tahun. GFR dapat dihitung dengan menggunakan rumus;
GFR = L/W(15-44) x1000
dimana;
GFR = General Fertility Rate (Angka Kelahiran Umum)
L = Jumlah Kelahiran selama 1 tahun
W (15 - 49) = Jumlah penduduk wanita umur 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun
1000 = Konstanta

Saya ambil contoh misal di kecamatan A banyaknya wanita berumur 15 - 49 tahun pada pertengahan tahun 2006 ada 9.000 orang, sedangkan jumlah bayi yang lahir 900 anak. Berapakah angka kelahiran umumnya? 
Dengan menggunakan rumus GFR = L/W(15-44) x1000, dapat ditemukan nilai GFR yaitu;
900/9.000 x 1000 = 100

Besar kecilnya angka kelahiran (natalitas) dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berikut ini faktor pendorong dan faktor penghambat kelahiran.
  • Banyaknya perkawinan di usia muda
  • Ada anggapan bahwa banyak anak banyak rezeki
  • Perasaan tersiksa bila tidak memiliki anak
  • Ada anggapan bahwa anak dapat membantu pekerjaan oran tua
  • Anak merupakan penerus keturunan terutama anak laki-laki
Adapun faktor yang menghambat kelahiraan adalah sebagai berikut.
  • Adanya program KB 
  • Timbulnya kesadaran terhadap penundaan usia perkawinan
  • Adanya UU perkawinan
  • Semakin banyaknya wanita karier
  • Adanya peraturan pemerintah mengenai tunjangan pegawai negeri bagi anak-anaknya.
Apakah yang dimaksud dengan angka kematian?
Angka kematian adalah jumlah kematian selama satu tahun untuk 1000 penduduk. Ada dua macam angka kematian yaitu angka kematian kasar (Crude Death Rate /CDR) dan angka kematian bayi ( Infant Mortality Rate /IMR).

1)    Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate /CBR)
Angka kematian kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk dalam waktu satu tahun.
CDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus;

CDR = M/P x 1.000
dimana;
CDR  = Angka kematian kasar
M       = Jumlah kematian selama satu tahun
P        = Jumlah penduduk pertengahan tahun
1.000 = Konstanta

Kriteria angka kematian kasar (CDR) ini sendiri dibedakan menjadi tiga macam, yaitu.
  1. Apabila CDR kurang dari 10, termasuk kriteria rendah
  2. Apabila CDR antara 10 – 20, termasuk kriteria sedang
  3. Apabila CDR lebih dari 20, termasuk kriteria tinggi
2) Angka kematian khusus (Age Specific Death Rate/ASDR)
Angka kematian khusus yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian setiap 1.000 penduduk pada golongan umur tertentu dalam waktu satu tahun. ASDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus;
ASDR = Mi/Pi x 1.000
dimana;
ASDR = Angka kematian khusus
Mi       = Jumlah kematian pada kelompok umur tertentu
Pi        = Jumlah penduduk pada kelompok tertentu
1.000  = Konstanta

3) Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate/IMR)
 Angka kematian bayi yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi (anak yang umurnya di bawah satu tahun) setiap 1.000 kelahiran bayi hidup dalam satu tahun. IMR dapat dihitung dengan menggunakan rumus;
IMR = D0/Bx1000
dimana;
IMR/Infant Mortality Rate = Angka kematian bayi
D0 = Jumlah kematian umur nol tahun
B = Jumlah kelahiran bayi hidup

Kriteria angka kematian bayi dibedakan menjadi berikut ini.
  • Jika IMR kurang dari 35, termasuk kriteria rendah
  • Jika IMR antara 35 sampai 75, termasuk kriteria sedang
  • Jika IMR antara 75 sampai 125, termasuk kriteria tinggi
  • Jika IMR lebih dari 125, termasuk kriteria sangat tinggi
B. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk dalam setiap wilayah seluas satu kilometer persegi. Atau dengan kata lain, kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas lahan.

Kepadatan penduduk tiap wilayah di Indonesia tidak sama, dengan kata lain persebarannya tidak merata. Sebagian besar penduduk Indonesia terkonsentrasi di Pulau Jawa, sedangkan luas Pulau Jawa hanya merupakan sebagian kecil dari luas Wilayah Indonesia. Banyak wilayah di luar Pulau Jawa yang lebih luas wilayahnya tapi justru penduduknya sedikit sehingga kepadatan penduduk wilayah tersebut juga rendah.

Tidak meratanya kepadatan penduduk di tiap wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya;
  1. tingkat kesuburan tanah;
  2. bentuk lahan;
  3. iklim yang baik;
  4. pusat pemerintahan;
  5. pusat kegiatan ekonomi dan industri;
  6. ketersediaan prasarana jalan;
  7. ketersediaan pusat pendidikan.
Tidak meratanya kepadatan penduduk tentu menimbulkan permasalahan. Permasalahan ini terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana sosial, kesempatan kerja, stabilitas keamanan, serta pemerataan pembangunan. Informasi kepadatan penduduk tiap daerah perlu diketahui untuk mengetahui ada tidaknya gejala kelebihan penduduk.

Kepadatan penduduk dibedakan menjadi dua yaitu kepadatan penduduk aritmatik dan kepadatan penduduk agraris.

a)    Kepadatan Penduduk Aritmatik 
Kepadatan penduduk aritmatik disebut juga dengan kepadatan penduduk umum, atau seringkali juga hanya disebut kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk dengan luas seluruh wilayah dalam setiap km2. Kepadatan aritmatik merupakan perbandingan antara jumlah penduduk total tanpa memandang mata pencaharian dengan luas wilayah baik lahan pertanian ataupun tidak.

Untuk menghitung kepadatan penduduk aritmatik dapat menggunakan rumus;
Kepadatan penduduk = Jumlah penduduk (jiwa)  : Luas wilayah (dalam km2)

b)    Kepadatan penduduk Agraris
Kepadatan penduduk agraris adalah membandingkan antara jumlah penduduk agraris (petani) dengan luas lahan pertanian.
Rumus untuk menghitung kepadatan penduduk agraris adalah sebagai berikut :
Kepadatan penduduk agraris = Jumlah penduduk (jiwa) : Luas tanah pertanian (km2)

Dibawah ini tabel kepadatan penduduk Indonesia tahun 2010. (Sumber;BPS 2010)
No. Provinsi Kepadatan Penduduk
1. Aceh 78
2. Sumatra Utara 178
3. Sumatra Barat 115
4. Riau 64
5. Jambi 62
6. Sumatera Selatan81
7. Bengkulu 86
8. Lampung 220
9. Kep. Bangka Belitung 74
10. Kepulauan Riau 205
11. DKI Jakarta 14.469
12. Jawa Barat 1.217
13. Jawa Tengah 987
14. DIY 1.104
15. Jawa Timur 784
16. Banten 1.100
17. Bali 673
18. NTB 242
19. NTT 96
20. Kalimantan Barat 30
21. Kalimantan Tengah 14
22. Kalimantan Selatan 94
23. Kalimantan Timur 17
24. Sulawesi Utara 164
25. Sulawesi Tengah 43
26. Sulawesi Selatan 172
27. Sulawesi Tenggara 59
28. Gorontalo 92
29. Sulawesi Barat 69
30. Maluku 33
31. Maluku Utara 32
32. Papua Barat 8
33. Papua 10

Di Indonesia pulau yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi pada pulau Jawa. Kepadatan penduduk pada provinsi-provinsi di Jawa berkisar  600 – 1299 orang per km2. Sedangkan pada pulau Papua dan Kalimantan tingkat kepadatan penduduk masih rendah. Kepadatan penduduk Indonesia yang bervariasi pada tiap-tiap provinsi dengan perbedaan yang lumayan jauh menandakan persebaran penduduk Indonesia tidak merata secara keseluruhan. Terlihat sebagian besar penduduk Indonesia berada di provinsi-provinsi pulau jawa.

Dampak Masalah Kependudukan
a. Kuantitas Penduduk Indonesia
Kuantitas penduduk adalah kepadatan penduduk yang menempati seluruh wilayah Indonesia yang meliputi jumlah, pertumbuhan, susunan, kepadatan, dan persebarannya. Informasi tentang kuantitas penduduk dapat dlihat dari berbagai sumber.

Secara kuantitas jumlah penduduk Indonesia  berdasarkan sensus prnduduk pada tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa, yang mencakup;
  1. bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa ( 49,79 persen) dan 
  2. di daerah perdesaan sebanyak 119 321 070 jiwa ( 50,21 persen). 
Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk negara-negara di dunia, jumlah penduduk Indonesia menempati urutan keempat setelah China, India, dan Amerika Serikat. Bahkan di kawasan Asia tenggara Indonesia menempati urutan pertama. Jumlah penduduk yang besar ini dapat menjadi ancaman bagi pembangunan karena meskipun jumlah penduduknya besar bila tidak diimbangi dengan kualitas SDM yang baik justru akan bisa menghambat pembangunan.

Penyebaran penduduk di Indonesia juga tidak merata. Berdasar sensus penduduk tahun 2010 penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah:
  • pulau Sumatera yang luasnya 25.2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21.3 persen penduduk, 
  • Jawa yang luasnya 6.8 persen dihuni oleh 57.5 persen penduduk, 
  • Kalimantan yang luasnya 28.5 persen dihuni oleh 5.8 persen penduduk, 
  • Sulawesi yang luasnya 9.9 persen dihuni oleh 7.3 persen penduduk. 
  • Maluku yang luasnya 4.1 persen dihuni oleh 1.1 persen penduduk, dan 
  • Papua yang luasnya 21.8 persen dihuni oleh 1.5 persen penduduk.
Kepadatan penduduk dan persebaran penduduk yang tidak merata ini dapat menyebabkan berbagai permasalahan antara lain menghambat usaha-usaha pembangunan yang diharapkan dapat dinikmati secara adil dan merata oleh seluruh rakyat Indonesia.

b. Kualitas Penduduk Indonesia
Permasalahan kependudukan yang dilihat dari segi kualitas meliputi :

a) Tingkat pendidikan penduduk Indonesia
Tingkat kemajuan pendidikan meupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Negara maju pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rata-rata tinggi sebaliknya negara berkembang pada umumnya pendidikan sebagian penduduknya pada umumnya rendah. Berdasarkan hasil SP2010, penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas yang tamat SM/sederajat sebesar 18,82 persen, tamat DI/DII/DIII sebesar 1,89 persen, tamat DIV/S1 sebesar 3,10 persen dan tamat S2/S3 sebesar 0,24 persen.

b) Tingkat kesehatan penduduk Indonesia
Kualitas penduduk Indonesia dapat ditentukan dari tingkat kesehatannya. Semakin tinggi tingkat kesehatan pnduduk maka semakin tinggi pula kualitas penduduknya dan sebaliknya. Tingkat kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas penduduk suatu negara.

Dalam hal ini, tingkat kesehatan dapat diindikasikan dari angka kematian bayi, angka kematian ibu melahirkan, ketercukupan gizi makanan, dan usia harapan hidup.

Angka kematian bayi di Indonesia masih relatif tinggi, meskipun terus menurun dari tahun ke tahun.
Tingkat ketercukupan gizi masyarakat juga mulai meningkat. Saat ini, pemerintah melalui Departemen Kesehatan menetapkan standar ketercukupan gizi, yaitu 2.400 kalori/hari/kepala keluarga. Artinya, suatu keluarga dikatakan sejahtera jika mampu memenuhi angka ketercukupan kalori tersebut.

Angka harapan hidup adalah perkiraan rata-rata umur yang dapat dicapai penduduk suatu negara..
Sanitasi lingkungan, yaitu usaha pemeliharaan kebersihan dan kesehatan lingkungan. Lingkunga yang kotor dapat menjadi sumber penyakit dan mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitarnya.

c) Tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia
Ukuran tingkat kesejahteraan penduduk merupakan hal yang sulit  ditentukan, karena ukuran tingkat kesejahteraan penduduk berbeda-beda. Hal yang menjadi ukuran tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu negara adalah pendapatan per kapita. Pendapatan perkapita adalah banyaknya pendapatan kotor nasional dalam satu tahun dibagi jumlah penduduk.

Kondisi semacam ini dapat disebabkan keadaan sumber daya alam yang tidak merata di tiap daerah, ataupun karena ketidakseimbangan sumber daya manusia yang ada di tiap daerah.
Adapun rumus untuk menghitung pendapatan perkapita adalah sebagai berikut :
PCI = GNP : P
dimana;
PCI    = pendapatan per kapita
GNP   = pendapatan nasional kasar dalam satu tahun
P       = jumlah penduduk

Berikut ini adalah daftar 10 negara dengan pendapatan per kapita terbesar di dunia (US Dollar) :
1. Qatar ($ 93.400)
2. Luxemburg ($ 84,829)
3. Singapura ($ 59,936)
4. Norwegia ($ 53,376)
5. Brunei Darussalam ($ 49,517)
6. Hongkong ($ 49,342)
7. Uni Emirat Arab ($ 48,597)
8. Amerika Serikat ($48,147)
9. Swiss ($ 43,508)
10. Belanda ($ 42,330)

Itulah daftar 10 negara dengan pendapatan per kapita tertinggi. Sedangkan negara dengan pendapatan per kapita terendah adalah Kongo, dengan pendapatan per kapita hanya sekitar $ 347. Untuk negara kita tercinta Indonesia, pendapatan per kapitanya adalah $ 4.668, dan berada di urutan ke 119 dari total 181 negara.

Dampak Masalah Kuantitas dan Kualitas Penduduk Terhadap Pembangunan
Kondisi kependudukan Indonesia dewasa ini belum banyak menguntungkan bagi pelaksanaan pembangunan nasional. Tetapi justru menimbulkan fenomena kependudukan dalam bebagai kehidupan yakni ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan (Ipoleksosbudhankam).Kebijakan dalam bidang pembangunan dewasa ini pada hakikatnya masih ditujukankepada peningkatan kualitas hidup melalui sistem di luar kependudukan yang ditujukan untuk mempengaruhi sistem kependudukan.

Dampak permasalahan kependudukan dapat diidentifikasi sebagi berikut;
  • Di daerah perkotaan terjadi penyempitan lahan akibat pembangunan industri dan perumahan.
  • Terjadi kemerosotan lingkungan di beberapa wilayah akibat terjadinya pencemaran lingkungan dengan adanya pembangunan industri.
  • Berubahnya fungsi lahan dari pertanian mejadi industri/perumahan.
  • Industrialisasi diperkotaan memacu adanya arus urbanisasi yang berpengaruh terhadap penghasilan di desa karena di desa kekurangan tenaga kerja.
  • Krisis ekonomi dewasa ini memberikan dampak negatif terhadap kualitas penduduk.
  • Terjadinya perubahan struktur ekonomi di masyarakat dari kegiatan pertanian primer ke industri sekunder dan sektor jasa
  • Ketimpangan persebaran penduduk, pada daerah-daerah yang sulit dijangkau menyebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan
  • Persebaran penduduk yang tidak merata ini menyebabkan pada daerah yang jarang penduduknya, kekayaan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya menjadi kurang termanfaatkan karena kekurangan sumber daya manusia untuk mengelolanya.Sebaliknya, pada daerah yang padat penduduknya, terjadi kelebihan sumberdaya manusia sehingga terjadi pengangguran, pemukiman kumuh, dan kemiskinan.
Upaya Mengatasi Masalah Kuantitas dan Kualitas Penduduk Indonesia
Upaya –upaya untuk mengatasi permasalahan kependudukan di Indonesia dapat dilakukan di berbagai bidang seperti bidang sosial ekonomi, bidang pendidikan dan bidang kesehatan.

a. Bidang Sosial dan ekonomi
  • Melaksanakan program transmigrasi
  • Meningkatkan pendapatan nasional melalui bidang pertanian, perkebunan dan pertambangan..
  • Membuka lapangan kerja baru di wilayah yang jarang penduduknya
  • Melaksanakan program listrik masuk desa
  • Memprioritaskan pembangunan desa tertinggal
  • Perbaikan sarana komunikasi dan transportasi antar pulau
  • Membuat UU yang membatasi usia perkawinan
  • Membatasi tunjangan anak bagi pegawai.
b. Bidang Pendidikan
  • Mencanangkan program wajib belajar 9 tahun
  • Menambah dan meningkatkan sarana pendidikan
  • Mengadakan proyek belajar jarak jauh seperti SMP terbuka
  • Memberi beasiswa berprestasi dan siswa ekonomi lemah
c.    Bidang Kesehatan
  • Menjalin kerja sama dengan badan kesehatan dunia (WHO) dalam mengadakan program kesehatan, misalnya pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional, standarisasi obat dan makanan, serta peningkatan gizi masyarakat. Melaksanakan program peningkatan kualitas lingkungan, baik dengan kemampuan sendiri ataupun melalui kerja sama dengan luar negeri (misalnya dengan menjalin kerja sama dengan badan pembangunan dunia/UNDP). Salah satu contoh program peningkatan kualitas lingkungan yang telah dan masih dilakukan adalah Kampoong Improvement Programme (KIP).
  • Program pemerataan kesehatan dengan cara melengkapi sarana dan prasarana kesehatan yang meliputi tenaga medis, obat-obatan, dan alat-alat penunjang medis lainnya hingga ke pelosok desa.
  • Menghimbau penggunaan dan penyediaan obatobat generik bermutu sehingga dapat terjangkau oleh masyarakat.
  • Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, misalnya melalui program asuransi kesehatan keluarga miskin (Askeskin) untuk keluarga miskin (prasejahtera).
LihatTutupKomentar